Tuesday, April 24, 2012

Hidup itu seperti pengumpul mutiara


Di sebuah daerah yang terletak di pinggir laut, hiduplah sekumpulan penyelam profesional yang bekerja mengumpulkan mutiara. Mereka sudah terbiasa menyelam hingga ke dasar laut sambil membawa tabung oksigen di punggung mereka. Tentu saja untuk tugasnya tersebut mereka dibayar oleh seorang tuan.

Suatu hari mereka dibawa ke sebuah tempat yang belum pernah mereka kunjungi. Menurut orang sekitar, tempat ini sangat banyak mutiaranya. Setelah sampai di titik yang ditentukan, mulailah mereka menceburkan diri satu persatu ke dalam air.

Bluk..bluk..bluk…suara gelembung oksigen keluar dari mulut mereka. Seperti biasa, dengan modal oksigen di punggung dan kantong besar yang dililitkan di pinggang mereka meluncur ke dasar laut. Namun ada satu penyelam yang termangu. Ia melihat begitu indahnya pemandangan di dalam laut. Ia terpesona melihat bunga karang yang beraneka bentuk. Wow..indah sekali ia berbisik pelan..Lalu ia mengitari bunga karang itu..dan ia tak bisa menyembunyikan kekagumannya dengan apa yang baru ia lihat. Amazing..!!

Tak sadar ia sudah menghabiskan sekian lama untuk menikmati indahnya terumbu karang, ia baru tersentak..wah, waktuku tak banyak lagi, oksigenku sudah mulai menipis. Sedangkan tak satu mutiara pun yang sudah kukumpulkan.

Setengah panik ia meluncur semakin dalam ke dasar laut. Ia kumpulkan sejauh yang bisa ia jangkau. Tak peduli apakah mutiara itu sudah matang atau belum. Ia masukkan ke dalam kantong semua yang bisa disentuhnya.

Oksigen kian menipis di tabungnya..ia bersegera kembali ke permukaan. Saking buru-burunya..ia lupa mengikat kantong di pinggangnya. Ketika ia akan naik ke permukaan, ia menabrak lumba-lumba yang sedang berenang. Berserakanlah mutiara-mutiara yang berada di kantongnya. Ia semakin panik dan mencoba mengumpulkan mutiara-mutiara itu. Tapi ia merasakan oksigen semakin menipis. Terpaksa ia kembali ke permukaan.

Sesampainya di permukaan, ia beranjak menuju kapal yang membawanya. Tuannya sudah menunggu di kapal dengan penuh harap. Melihat si penyelam kembali bertangan hampa, menjadi murkalah si tuan. “Mana mutiaranya..ngapain aja kau disana!”, kata si tuan. Si penyelam hanya tertunduk, perasaannya bercampur takut dan malu. “Maaf tuan, saya tadi belum sempat mengumpulkan mutiara, dan ada lumba-lumba yang menabrak saya..tolong beri saya oksigen lagi tuan..saya janji akan mengumpulkan mutiara!”. Penyelam itu mengiba-iba minta dikasihani..Meskipun penyelam itu mengiba, tetap saja si tuan tak peduli. Bahkan tuan itu tidak memberinya imbalan apa-apa karena ia tidak menjalankan tugasnya.

Persis..hidup itu seperti pengumpul mutiara. Allah telah memberikan kita oksigen, yang bisa kita sebut waktu. Tugas kita adalah untuk mengumpulkan mutiara-mutiara, yang bisa kita sebut amal kebaikan. Suatu saat oksigen kita akan habis dan itulah saatnya kita kembali kepada tuan kita (Allah) dengan membawa amal-amal kita.

Namun tidak sedikit manusia yang lalai dengan tugasnya, ia terpesona dengan kehidupan dunia hingga lupa beribadah. Hingga waktunya telah tiba, ia panik dan terlambat sudah. Ketika ia berjumpa Allah, ia meminta untuk dikembalikan lagi ke dunia dan berjanji akan melakukan amal kebaikan. Namun, waktunya telah habis, dan pada saat itu tak ada lagi yang bermanfaat. Tidak anak, tidak harta..yang bermanfaat hanyalah mereka yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih, yang membawa amal kebaikan, dan yang tidak lupa tugas mereka sebagai pengumpul mutiara.

Terinspirasi dari nasehat Bapak Afif Hamka..
Gambar-gambar diambil dari akuhebat.com, lolamutiara.wordpress.com, syahruramadhani.wordpress.com

No comments:




Website counter