Friday, September 19, 2014

Mau Anak Kita Sukses..Mulailah dari Kebiasaan Bangun Pagi

Mendambakan anak-anak yang rajin dan sukses adalah harapan dari semua orang tua. Namun di zaman yang serba bersentuhan dengan internet dan gadget saat ini, bukan urusan mudah untuk membentuk kebiasaan sukses untuk anak-anak kita.

Tapi itu bukan alasan kita sebagai orang tua untuk menyerah. Setiap orang tua, hendaklah memulai membangun sejak dini kebiasaan-kebiasaan yang dapat membentuk anak-anak menjadi pribadi yang rajin.

Berikut ini beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk membentuk anak-anak kita menjadi generasi yang rajin..

1| Perbaikan kualitas generasi selayaknya dimulai dgn kebiasaan bangun di pagi hari. Sebab generasi unggul bermula dari pagi yg masygul (sibuk)
2| Kebiasaan bangun pagi hendaklah dimulai dari usia dini. Peran Ayah amat dinanti. Ayah yg peduli tak abai dalam urusan bangun pagi buah hati
3| Jika anak terbiasa bangun siang. Maka keberkahan hidup melayang. Aktivitas ruhani menjadi jarang. Perilaku menjadi jalang
4| Mulailah dengan malam yang berkualitas. Anak tidak terjaga di ambang batas. Harus buat peraturan tegas. Kapan terjaga dan kapan pulas
5| Sehabis isya jangan ada aktivitas fisik berlebihan. Upayakan aktivitas yang menenangkan. Membaca atau bercerita yg berkesan
6| Biasakan berbagi perasaan. Mulai dengan cerita aktivitas harian. Evaluasi jika ada yang tidak berkenan. Sekaligus sarana pengajaran
7| Buat kesepakatan bangun jam berapa. Lantas anak mau dibangunkan bagaimana. Jadikan ini sebagai modal membangunkan di pagi harinya
 Tutuplah aktivitas malam dengan dengarkan tilawah. Agar anak tidur membawa kalimat Allah Pemberi Rahmah. Terekam dalam memorinya sepanjang hayah
9| Pagi pun datang. Jalankan kesepakatan yang dibuat sebelum tidur menjelang. Bangunkan anak penuh kasih sayang. Bangunkan dengan cara yg ia bilang
10| Jika anak menolak tuk beranjak, ingatkan akan kesepakatan semalam. Anak siap terima konsekuensi tanpa diancam. Batasi kesenangan yg ia idam
11| Bangunkan anak dengan kalimat Ilahi. Agar paginya diberkahi. Jika perlu adzan di telinga kanan dan kiri. Bisikan dengan lembut tembus ke hati
12| Jika ia segera bangun, jangan lupa apresiasi. Hadiahi dengan doa dan kecupan di pipi. Tak lupa bertanya tentang mimpi. Anak butuh transisi
13| Jika anak telah terjaga, siapkan aktivitas olah jiwa dan raga. Agar fisik anak bergerak tak kembali ke kasur yg menggoda. Mudah-mudahan jadi pola
14| Jalankan pola ini minimal 2 pekan. Agar lama-lama jadi kebiasaan. InsyaAllah anak bangun pagi dengan kesadaran. Sebab tubuhnya telah menyesuaikan
15| Jika ayah tak sempat membangunkan, karena harus segera ke kantor kejar setoran, mintalah ibu berganti peran. Agar anak tak merasa diabaikan
16| Jangan sampai anak tumbuh remaja, punya kebiasaan yg tidak mulia. Bangun pagi selalu tertunda. Sholat shubuh di waktu dhuha. Banyak melamun tak ada guna
17| Jika terlanjur anak bangun kesiangan. Buatlah rencana bersama pasangan. Konsisten dan tidak saling menyalahkan. Fokus kepada upaya perbaikan
18| Sebelum terlambat, segera bertindak cepat. Agar masa depan anak selamat. Fokuslah kepada perbaikan pola tidur yg sehat
19| Jika anak terbiasa bangun pagi sedari dini, itu ciri anak berprestasi. Tak mudah dipengaruhi berbagai pergaulan yg tidak islami
20| So, tunggu apalagi. Jangan cuma bisa marah dan mencaci. Segera bertindak untuk buah hati. Fokuslah kepada bangun pagi. Selamat beraksi.

Oleh :
Bendri Jaisyurrahman

Saturday, April 19, 2014

Semua Bagian dari Kehidupan ini adalah Kesempatan, Bukan Masalah.

Opportunity Series, April 2014, Muhammad Nussyirwan


Buat sebagian orang tidak mudah menghadapi kehidupan. Begitu banyak masalah dalam hidup yang datang silih berganti. Buat sebagian orang lagi, kehidupan begitu menyenangkan. Sesuatu yang dianggap banyak orang masalah, bagi ia justru dianggap kesempatan. Kejadiannya sama, tapi responnya berbeda. Yang satu menganggap masalah, yang lain menganggap kesempatan. Mengapa kejadian yang sama direspon berbeda ?

Perbedaan ini sedikit banyak dipengaruhi oleh beragam faktor seperti latar belakang pendidikan, pengalaman hidup, pekerjaan, pergaulan dan faktor-faktor lainnya.

Perbedaan ini sekaligus menunjukkan kelompok orang-orang yang berfikir positif dan negatif. Bukan jaminan orang yang pendidikannya tinggi berpikir positif. Tidak jaminan juga orang yang pendidikannya lebih rendah berpikir negatif. Memang idealnya, orang yang punya pendidikan lebih tinggi akan berpikir lebih luas, mereka yang punya track record kerja panjang punya banyak pengalaman, yang pergaulannya luas lebih bisa membangun jaringan dan semua itu akan membentuk pola pikir kesempatan bukan masalah.

Dikisahkan dua orang sales yang ditugaskan untuk menjual sepatu di sebuah daerah pedalaman. Sales pertama ditugaskan lebih dulu. Ketika ia sampai di daerah tersebut, ia melihat tidak ada orang yang pakai alas kaki. Kemudian ia mengeluh “ Bagaimana bisa laku produk ini disini, tidak ada yang pakai sepatu”.

Kemudian ia melaporkan keadaan tersebut kepada kantor pusat dan minta dikembalikan ke tempat ia sebelumnya bertugas.

Setelah itu, sales kedua ditugaskan ke daerah tersebut dengan harapan ada informasi lain yang bisa didapatkan oleh perusahaan tersebut untuk memasarkan produk mereka. Ketika sales kedua sampai di daerah yang dituju, ia berseru “Wow...it’s great ! Tidak ada orang yang pakai alas kaki disini. Berarti produk kita akan laku karena ini barang baru disini dan lebih hebatnya lagi kita tidak memiliki pesaing disini !
Tentu saja kedua sales itu bisa berdebat untuk menentukan apakah keadaan itu adalah masalah atau kesempatan. Terlepas dari pendapat mana  yang benar, yang menarik adalah cara melihat keadaan yang sangat berbeda diantara keduanya. Itulah yang sering kita temukan di dunia nyata kita.

Kadang kita melihat ada seorang karyawan yang mengeluh kita diberi tugas oleh atasannya. Padahal sebenarnya dengan tugas itu ia punya kesempatan untuk dipromosikan di tempat yang lebih tinggi. Ada juga karyawan yang bersemangat ketika diberikan  tugas oleh atasannya, karena ia tahu ia sedang diberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Ia sadar, ketika ia diberikan jabatan yang lebih tinggi, artinya ia akan punya tanggungjawab lebih besar. Dan tanggungjawab yang besar itu tidak akan bisa ia selesaikan tanpa kemampuan yang besar juga. Tapi jangan khawatir..ia sejalan dengan itu, ia akan mendapatkan apresiasi yang besar juga..

“Aciiiim...!!!”, saat saya sedang menulis artikel ini, saya bersin. Ketika saya bersin dan mengucapkan Alhamdulillah..saya bersyukur bahwa ini adalah kesempatan untuk mendapatkan doa dari istri saya yang mendengar bersin saya kemudian mengucap “Yarhamukallah..semoga Allah merahmatimu..”. Ketika itu juga saya kembali bersyukur bahwa ini adalah kesempatan bagi saya untuk mendoakan kembali istri saya dengan mengucapkan “ Yahdikumullah wa yushlihu baalakum..semoga Allah memberikanmu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu”.

Bagaimana ? Indah bukan jika segala yang lewat dalam hidup kita ini kita lihat sebagai kesempatan dan bukan masalah..Semoga Allah membimbing kita untuk selalu menyadari betapa berartinya setiap kesempatan yang kita lalui dalam hidup ini. (13/4/14)



Website counter