Monday, April 09, 2012

Ayah kembalikan tanganku, aku janji ga coret-coret mobil ayah lagi..

Hari ini seperti biasanya nina hanya ditemani pembantunya, mbak ana. Ayah ibunya sudah sejak pagi pergi bekerja ke kantor. Umurnya baru 3,5 tahun, masih suka usil dan bandel. Kalau dibilangin suka ga dengerin. 

Entah apa yang membuat nina susah sekali makan hari ini, mbak ana udah berulang kali menyuapkan nasi ke mulut nina..tapi nina hanya berlari kesana-kemari. Mungkin dia agak kesal, soalnya tadi malam ayah memarahinya karena tak sengaja mengganggu pekerjaan ayahnya.

Mbak ana tanpa lelah terus mengikuti nina, sambil menyuapinya. Nina mengambil spidol berwarna yang sering digunakannya untuk menggambar. Ia melompat-lompat sambil berlari menuju keluar rumah. Hari ini ayah ibu nina  sengaja tidak pakai mobil, karena khawatir terjebak macet ketika pulang. Maklum tiga hari ini Jakarta diguyur hujan lebat dan biasanya akan banjir dan macet dimana-mana.

Sambil berteriak, nina berlari menuju mobil ayahnya, dengan usilnya ia mencoret-coret mobil ayahnya. "Jangan dicoret nina! Nanti ayah marah lho!", kata mbak ana setengah berteriak. Mendengar suara tinggi mbak ana, nina menghentikan corat coretnya. Ia teringat suara dan wajah ayahnya saat marah. Hii..ngeri sekali. Akhirnya mbak ana mengajak nina masuk ke rumah.

Malam hari saat ayah dan ibu nina pulang, ayah melihat mobilnya dicorat coret. Ayah marah sekali dan berteriak memanggil mbak ana. "Mbak ana..!! Ini kenapa mobilnya jadi begini !". Mbak ana menjawab " O..tadi nina belajar menggambar pak..", mbak ana mencoba melindungi nina. Ayah nina kemudian masuk ke kamar nina dan melihat anaknya sedang ketakutan. Kemudian ayah menghampiri nina dan bersuara keras, "Kamu kan udah dibilangin jangan corat coret sembarangan, sekarang malah coretin mobil ayah!!!.", sambil memukul tangan nina.

Nina menangis, meringis karena kesakitan. Saking sakitnya, tangan nina sedikit tergores karena luka dan memar. Mungkin ayah tak sengaja memukul dan mengenai benda tajam di samping nina. Tak lama kemudian, ayah keluar. Mbak ana masuk ke kamar nina sambil mendiamkan nina. Kemudian mbak ana mengambil obat merah. Ibu nina bertanya "kenapa mbak ana ? Ada yang luka ya". "Iya bu, tangan nina sedikit luka". Ayah mendengar itu terus berkata "Udah..kasih aja obat merah, nanti juga sembuh".

Setelah beberapa hari berlalu, mbak ana datang lagi ke ibunya nina, "Ibu..tangan nina belum sembuh juga, sudah saya kasih obat merah, tapi ga ada sembuh-sembuh bu..". Ibu nina yang baru pulang dari kerja kelihatan sangat letih, kemudian mendengar itu berkata, "coba di bersihin pakai betadin atau pakai cairan pembersih deh mbak ana.."

Akhirnya setelah dua hari berlalu, mbak ana kelihatan panik sekali dan menelpon ibu nina yang sedang bekerja, "Ibu..nina dari tadi nangis terus..katanya tangannya sakit sekali. Saya ga tahu harus diapakan lagi bu". Mendengar pembantunya yang panik, ibu nina bilang "Iya mbak ana..saya hari ini pulang agak cepat, tolong ditenangkan aja si nina". Tak berapa lama, ibu nina menelpon suaminya untuk segera pulang.

Segera setelah ayah dan ibu nina sampai di rumah, mereka langsung membawa nina yang badannya sudah sangat panas ke rumah sakit. Kurang lebih satu jam menunggu, akhirnya dokter yang menangani nina keluar dan menemui kedua orang tua nina. Sedikit berbasa-basi, tak lama seorang suster memberikan sebuah map kuning kepada dokter tersebut.

"Bapak dan Ibu nina..saya mohon maaf sekali, saya sudah berusaha untuk menyelamatkan tangan nina, tapi rupanya terlambat. Tangan nina sudah terlanjur infeksi dan terlambat untuk ditangani. Ini surat persetujuan bapak ibu untuk tindakan amputasi tangan nina", begitu dokter menyampaikan kepada ayah ibu nina  dengan hati-hati.

Seakan tersengat setrum kedua orang tua nina kaget bukan kepalang. Namun karena tidak punya pilihan lain, ayah nina menandatangai juga surat persetujuan tersebut. Ayah ibu nina sangat menyesal sekali..tak menduga akibatnya akan sefatal itu.

Hari berganti, nina mulai pulih dari rasa sakit yang dideritanya. Ketika ia melihat tangannya setelah dilepas perban, nina terkejut sekali melihat tangannya sudah tak seperti dulu lagi. Melihat tangannya yang tak ada lagi, nina menangis dan berlari ke arah orang tuanya..sambil berkata. "ayah tolong kembalikan tangan aku, aku janji ga akan corat coret mobil ayah lagi..". Ayah hanya bisa menyesali dalam-dalam perbuatannya..

Semoga anak-anak kita tidak menjadi seperti nina.. 

Thanks to Dian Kusuma untuk ceritanya yang mengharukan..
Gambar : copyright Sartom

No comments:




Website counter