“Membangun
sebuah gedung pencakar langit membutuhkan waktu 3-4 tahun. Sedangkan membangun
manusia membutuhkan waktu 30 – 40 tahun. Namun satu manusia yang berhasil
dibangun, mampu mendirikan satu kota yang berisi ratusan gedung pencakar
langit.”
Menangkap Hikmah - Sebegitu vitalnya membangun manusia,
karena manusialah yang sesungguhnya akan mengelola bumi. Begitu pun kemajuan
suatu negara sangat ditentukan pada sumber daya manusianya. Jika sumberdaya
manusianya dikelola dengan baik, maka akan menjadi berkah dan negara tersebut
akan menjadi negara maju. Namun jika sumber dayanya tidak dikelola dengan baik,
maka akan menjadi musibah dan negara tersebut akan menjadi negara tertinggal.
Melihat amat pentingnya pembangunan sumber daya manusia ini, maka sudah semestinya hal ini menjadi prioritas utama di dalam membangun negeri ini. Begitu pun di Indonesia. Kurangnya sumber daya berkualitas menjadikan daya saing Indonesia lemah dibandingkan negara-negara lainnya. Indonesia membutuhkan manusia-manusia berkualitas yang mampu membangun negerinya.
Inilah yang menjadi kegalauan dari seorang Ary Ginanjar Agustian hingga mendirikan sebuah lembaga training Pembentukan Karakter yang ia beri nama ESQ, kepanjangan dari Emotional Spiritual Quotient atau kecerdasan Spiritual dan Emosional.
Ary melihat bahwa pembangunan manusia hari ini lebih banyak difokuskan kepada membangun aspek fisik atau intelektual dan mengabaikan aspek emosi dan spiritual. Sehingga krisis multidimensi terjadi di negeri ini. Maka Ary menggagas sebuah training yang dikemas khusus untuk membangun karakter berdasarkan nilai-nilai Ihsan, 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam atau disederhanakan dengan 165.
Training ESQ telah berjalan selama 17 tahun dan menyebarkan nilai-nilai 165 ke seluruh Nusantara termasuk ke negara tetangga, Malaysia, Singapura bahkan Amerika dan Eropa. Perjalanan membangun karakter bangsa ini tidak ditempuh dengan mudah. Banyak rintangan dan hambatan yang dihadapi oleh Ary. Salah satunya adalah serangan-serangan dimana ia dianggap sesat dan menyimpang di dalam training yang ia selenggarakan. Serangan-serangan ini pun ditindaklanjuti oleh Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia yang pada akhirnya mengeluarkan sertifikat lulus syariah.
Sebenarnya apa yang dilakukan Ary adalah menerjemahkan ayat-ayat di dalam Al Qur’an dan Hadist agar tidak menjadi ajaran yang dibaca di masjid saja, namun dibumikan ke dalam berbagai aktivitas dunia. Salah satunya adalah dengan menerjemahkan ilmu 5 jari yang Ary ambil dari 5 Rukun Islam. Dimana rukun yang pertama adalah syahadat artinya orang hidup harus punya visi, punya tujuan. Dan tujuan utama kita adalah Allah.
Melihat amat pentingnya pembangunan sumber daya manusia ini, maka sudah semestinya hal ini menjadi prioritas utama di dalam membangun negeri ini. Begitu pun di Indonesia. Kurangnya sumber daya berkualitas menjadikan daya saing Indonesia lemah dibandingkan negara-negara lainnya. Indonesia membutuhkan manusia-manusia berkualitas yang mampu membangun negerinya.
Inilah yang menjadi kegalauan dari seorang Ary Ginanjar Agustian hingga mendirikan sebuah lembaga training Pembentukan Karakter yang ia beri nama ESQ, kepanjangan dari Emotional Spiritual Quotient atau kecerdasan Spiritual dan Emosional.
Ary melihat bahwa pembangunan manusia hari ini lebih banyak difokuskan kepada membangun aspek fisik atau intelektual dan mengabaikan aspek emosi dan spiritual. Sehingga krisis multidimensi terjadi di negeri ini. Maka Ary menggagas sebuah training yang dikemas khusus untuk membangun karakter berdasarkan nilai-nilai Ihsan, 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam atau disederhanakan dengan 165.
Training ESQ telah berjalan selama 17 tahun dan menyebarkan nilai-nilai 165 ke seluruh Nusantara termasuk ke negara tetangga, Malaysia, Singapura bahkan Amerika dan Eropa. Perjalanan membangun karakter bangsa ini tidak ditempuh dengan mudah. Banyak rintangan dan hambatan yang dihadapi oleh Ary. Salah satunya adalah serangan-serangan dimana ia dianggap sesat dan menyimpang di dalam training yang ia selenggarakan. Serangan-serangan ini pun ditindaklanjuti oleh Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia yang pada akhirnya mengeluarkan sertifikat lulus syariah.
Sebenarnya apa yang dilakukan Ary adalah menerjemahkan ayat-ayat di dalam Al Qur’an dan Hadist agar tidak menjadi ajaran yang dibaca di masjid saja, namun dibumikan ke dalam berbagai aktivitas dunia. Salah satunya adalah dengan menerjemahkan ilmu 5 jari yang Ary ambil dari 5 Rukun Islam. Dimana rukun yang pertama adalah syahadat artinya orang hidup harus punya visi, punya tujuan. Dan tujuan utama kita adalah Allah.