Opportunity
Series, April 2014, Muhammad
Nussyirwan
Buat sebagian orang tidak mudah
menghadapi kehidupan. Begitu banyak masalah dalam hidup yang datang silih
berganti. Buat sebagian orang lagi, kehidupan begitu menyenangkan. Sesuatu yang
dianggap banyak orang masalah, bagi ia justru dianggap kesempatan. Kejadiannya
sama, tapi responnya berbeda. Yang satu menganggap masalah, yang lain
menganggap kesempatan. Mengapa kejadian yang sama direspon berbeda ?
Perbedaan ini sedikit banyak dipengaruhi oleh beragam faktor seperti latar belakang pendidikan, pengalaman hidup, pekerjaan, pergaulan dan faktor-faktor lainnya.
Perbedaan ini sekaligus
menunjukkan kelompok orang-orang yang berfikir positif dan negatif. Bukan
jaminan orang yang pendidikannya tinggi berpikir positif. Tidak jaminan juga
orang yang pendidikannya lebih rendah berpikir negatif. Memang idealnya, orang yang
punya pendidikan lebih tinggi akan berpikir lebih luas, mereka yang punya track
record kerja panjang punya banyak pengalaman, yang pergaulannya luas lebih bisa
membangun jaringan dan semua itu akan membentuk pola pikir kesempatan bukan
masalah.
Dikisahkan dua orang sales yang ditugaskan untuk menjual sepatu di sebuah daerah pedalaman. Sales pertama ditugaskan lebih dulu. Ketika ia sampai di daerah tersebut, ia melihat tidak ada orang yang pakai alas kaki. Kemudian ia mengeluh “ Bagaimana bisa laku produk ini disini, tidak ada yang pakai sepatu”.
Kemudian ia melaporkan keadaan tersebut kepada kantor pusat dan minta dikembalikan ke tempat ia sebelumnya bertugas.
Setelah itu, sales kedua ditugaskan ke daerah tersebut dengan harapan ada informasi lain yang bisa didapatkan oleh perusahaan tersebut untuk memasarkan produk mereka. Ketika sales kedua sampai di daerah yang dituju, ia berseru “Wow...it’s great ! Tidak ada orang yang pakai alas kaki disini. Berarti produk kita akan laku karena ini barang baru disini dan lebih hebatnya lagi kita tidak memiliki pesaing disini !
Tentu saja kedua sales itu bisa
berdebat untuk menentukan apakah keadaan itu adalah masalah atau kesempatan.
Terlepas dari pendapat mana yang benar,
yang menarik adalah cara melihat keadaan yang sangat berbeda diantara keduanya.
Itulah yang sering kita temukan di dunia nyata kita.
Kadang kita melihat ada seorang karyawan yang mengeluh kita diberi tugas oleh atasannya. Padahal sebenarnya dengan tugas itu ia punya kesempatan untuk dipromosikan di tempat yang lebih tinggi. Ada juga karyawan yang bersemangat ketika diberikan tugas oleh atasannya, karena ia tahu ia sedang diberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Ia sadar, ketika ia diberikan jabatan yang lebih tinggi, artinya ia akan punya tanggungjawab lebih besar. Dan tanggungjawab yang besar itu tidak akan bisa ia selesaikan tanpa kemampuan yang besar juga. Tapi jangan khawatir..ia sejalan dengan itu, ia akan mendapatkan apresiasi yang besar juga..
“Aciiiim...!!!”, saat saya sedang menulis artikel ini, saya bersin. Ketika saya bersin dan mengucapkan Alhamdulillah..saya bersyukur bahwa ini adalah kesempatan untuk mendapatkan doa dari istri saya yang mendengar bersin saya kemudian mengucap “Yarhamukallah..semoga Allah merahmatimu..”. Ketika itu juga saya kembali bersyukur bahwa ini adalah kesempatan bagi saya untuk mendoakan kembali istri saya dengan mengucapkan “ Yahdikumullah wa yushlihu baalakum..semoga Allah memberikanmu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu”.
Bagaimana ? Indah bukan jika segala yang lewat dalam hidup kita ini kita lihat sebagai kesempatan dan bukan masalah..Semoga Allah membimbing kita untuk selalu menyadari betapa berartinya setiap kesempatan yang kita lalui dalam hidup ini. (13/4/14)